Objek 3: Literature Review Pada Objek


Jurnal 1

Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure Desain Kemasan Bakpia Kukus Tugu Jogja

Pendekatan: Semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure

Teori: Pemahaman tanda terkait penggunaan elemen dan prinsip DKV pada desain kemasan.

Analisis: Kemasan dari produk tersebut juga terbilang tampil beda dengan bentuk yang lebih panjang dari kemasan bakpia pada umumnya dan di dalamnya pun masih terdapat plastik yang membungkus bakpia secara satuan. Hasil temuan menunjukkan bahwa Bakpia Kukus Tugu Jogja menggunakan relasi antara tanda verbal dan visual dengan menampilkan makna bahwa produk tersebut memiliki identitas berupa inovasi produk yang modern dan mewah namun tidak melupakan nilai-nilai luhur budaya Jawa yang bijaksana dan setara. 

Kesimpulan: Desain kemasan suatu produk merupakan hal krusial yang tidak hanya berperan sebagai pelindung dari produk semata tetapi juga sebagai media komunikasi yang mampu memberikan detil informasi produk kepada audiens.


Jurnal 2

REPRESENTASI ISU PERBEDAAN AGAMA DALAM FILM CINTA TAPI BEDA (2012): KAJIAN SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE 

Pendekatan: Semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure

Teori: Teori agama dan kepercayaan oleh Durkheim, teori dari Hercock mengenai diskriminasi agama, dan teori dari Diana L. Eck mengenai pluralisme.    

AnalisisTujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tanda berupa Signifier dan Signified dalam representasi isu perbedaan agama (diskriminasi dan pluralisme) di film Cinta Tapi Beda, makna dari tanda-tanda berupa Signifier dan Signified tersebut dalam merepresentasikan isu perbedaan agama di film Cinta Tapi Beda

Hasil penelitian yaitu; (1) terdapat beberapa penanda (Signifier), seperti salib, tasbih, dan sebagainya, yang dimaknai sebagai Signified (petanda) perbedaan agama; (2) tanda tersebut memiliki makna tertentu di setiap scene, terdapat 2 scene yang menyimbolkan perbedaan agama, 3 scene diskriminasi agama, serta 4 scene menyimbolkan pluralisme agama

Kesimpulan: Karya sastra sering kali mengangkat isu yang tengah hangat di masyarakat, misalnya isu perbedaan agama, lalu menyalurkannya melalui media bahasa.


Jurnal 3

Analisis Semiotika Ferdinand De Sausures Makna Pesan Iklan Rokok A Mild Versi Langkah 

Pendekatan: Semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure

Teori: Menurut Hanafi ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu : (1) Kode pesan adalah sekumpulan simbol yang dapat disusun sedemikian rupa sehingga bermakna bagi seseorang; (2) Isi pesan adalah bahan atau material yang dipilih sumber untuk menyatakan maksud; (3) Wujud pesan adalah keputusan-keputusan yang dibuat sumber mengenai bagaimana cara sebaiknya menyampaikan maksud-maksud dalam bentuk pesan. 

Iklan mengandung tanda yang muncul dan menghasilkan makna pesan dalam iklan. Diteliti berdasarkan beberapa scane gambar dalam iklan.     

AnalisisTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penanda dan petanda dalam iklan rokok A Mild versi langkah. Dalam iklan rokok A Mild ini awalnya tampil dengan slogan "Go Ahead" dimana hal ini menegaskan bahwa perokok A Mild bisa bebas melakukan sesuatu hal yang disukainya tanpa adanya rasa ragu. Tema ini cukup provokatif, dengan penyampaian iklan yang out of the box, A Mild sepertinya ingin membangun rasa" tidak tahu malu" dalam melakukan sesuatu yang positif, A Mild mencapai kejayaannya pada era ini, penjualan A Mild semakin naik semenjak adanya kampanye ini. dan A Mild juga menjadi merk rokok heritage lokal segme premium buatan philip morris dengan penjualan terbesar di dunia

Kesimpulan: Makna pesan dari iklan A Mild menciptakan produk yang bisa dikenali dengan maksud untuk menarik minat konsumen dalam bentuk nama, kemasan, logo, harga dan kekuatan visualisasi gambar. 


Objek Desain: 

RELASI KUASA MASYARAKAT JAWA DALAM NOVEL PINATRI ING TELENG ATI



Novel Pinatri Ing Teleng Ati adalah salah satu karya sastra berbahasa Jawa yang ditulis oleh Tiwiek S.A. Novel ini berisi cerita yang menganut budaya patriarki. Dalam novel ini, perempuan digambarkan lebih inferior daripada laki-laki. Sebaliknya, laki-laki lebih superior daripada perempuan. Oleh karena itu, menimbulkan ketidakadilan gender. Korban ketidakadilan gender dalam novel Pinatri Ing Teleng Ati yaitu semua tokoh perempuan khususnya Minten. Penderitaan yang dialami Minten antara lain: Minten, seorang pembantu yang berasal dari orang yang tidak punya, telah dirampas keperawanannya oleh majikannya, Pak Handono; Minten diusir majikannya, Bu Lestari, karena hamil; Minten diusir orang tuanya karena hamil; Minten tidak diterima bekerja karena hamil; Minten juga pernah menjadi korban kekerasan oleh Bu Sayem, majikan barunya, karena dituduh menjadi selingkuhan Pak Hadi, suami Bu Sayem. 

Ketidakadilan gender dalam cerita ini diwujudkan menjadi kekerasan terhadap perempuan dan stereotipe terhadap perempuan. Masalah ketidakadilan gender juga mempengaruhi gerak alur. Menurut relasi antar tokohnya, dalam novel ini, kekerasan perempuan dapat dibagi menjadi dua yaitu kekerasan domestik dan kekerasan publik. Menurut jenisnya, kekerasan terhadap perempuan dibagi menjadi kekerasan seksual, kekerasan emosional dan kekerasan fisik. Stereotipe perempuan dalam novel ini antara lain perempuan sebagai pemegang urusan domestik, ketergantungan terhadap laki-laki, perempuan sebagai objek seksual, perempuan sebagai penggoda laki-laki, perempuan sebagai objek yang mudah ditaklukkan dan perempuan sebagai predikat melahirkan anak.

Alasan saya memilih novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek S.A sebagai objek penelitian dikarenakan novel ini merupakan salah satu novel yang menceritakan tentang peristiwa yang paling sering terjadi di masyarakat, yaitu korban pemerkosaan yang menyebabkan korban mengalami trauma hingga kecemasan yang berlebihan namun dari peran tokoh utama menyelesaikan tiap masalah yang dapat dipelajari di masa depan diharapkan dapat menjadi pembelajaran untuk pembaca blog saya.

Teori: Teori kekuasaan dari Michel Foucault


Analisis: Masalah utama dalam penelitian yaitu bagaimana bentuk relasi kuasa di dalam masyarakat Jawa yang ada di novel Pinatri Ing Teleng Ati serta bagaimana terjadinya penyalahgunaan dari relasi kuasa tersebut. Relasi kuasa beroperasi pada pemikiran hingga tubuh yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku. Tujuan penelitian yaitu pembaca dapat memahami mengenai relasi kuasa yang terjadi di dalam novel serta mendapatkan solusi dari penyalahgunaan relasi kuasa yang ada di masyarakat Jawa.

Kesimpulan: Bentuk relasi kuasa yang ada di dalam novel Pinatri ing Teleng Ati yaitu relasi kuasa atas pemikiran dan relasi kuasa atas tubuh. Adapun bentuk relasi kuasa atas pemikiran yang terdapat dalam novel adalah stigmatisasi (ciri yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya) dan dominasi (penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah). Dalam relasi atas tubuh, Synnott (2007: 372) membagi politik tubuh Foucault menjadi tubuh sosial yaitu simbol natural di antara alam, masyarakat, budaya, hingga politik dan tubuh seksual yaitu tubuh dari dalam diri individual yang berhubungan dengan reproduksi dan kegiatan seksual lainnya. Adapun bentuk relasi kuasa atas tubuh dalam novel Pinatri Ing Teleng Ati adalah objektifikasi (memperlakukan seseorang layaknya barang tanpa mempertimbangkan martabat mereka) dan dominasi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INOVASI BENTUK FIGUR KAYON WAYANG KULIT PURWA GAYA SURAKARTA

Jajan Olos Tegal